Rahasia Dapat Nilai TOEFL 534 Tanpa Belajar
Bahasa Inggris saya sebenarnya tidak bagus. Bahkan di kelas Bahasa Inggris, — tingkat kesulitan sedikit di atas level SMA & wajib untuk semua mahasiswa tahun pertama — saya cuma dapat B minus.
Saat nilai keluar, tidak terlalu kaget sih. Polanya sudah terbaca kok sejak SMP. Entah mengapa saya selalu kesulitan untuk mengikuti pelajaran formal bahasa Inggris di kelas.
16 Tenses? Pertama kali saya sadar bahwa semester depan saya akan lupa lagi itu tenses, saya langsung hilang semangat untuk belajar hal-hal macam itu.
Dan hidup-pun terus berlanjut.
Kira-kira dua tahun setelah nilai B- itu (tahun ketiga perkuliahan saya). Keluar lagi nilai lain. Kali ini saya tersentak.
Nilai itu adalah nilai TOEFL ITP. Kebetulan sedang ada rezeki tidak terduga, saya habiskan hampir semuanya untuk biaya tes TOEFL. Langsung daftar. Dan setelah itu sengaja tidak belajar apa-apa. Ikut tes karena penasaran saja. Toh sedang tidak dikejar target apa-apa waktu itu.
Dan voila! 534, itu nilai TOEFL saya. Bukan nilai yang ‘wah’ sebenarnya. Butuh 16 poin lagi untuk jadi standar minimum beasiswa S2 rumpun sains di US. Tapi perlu digarisbawahi. Saya tanpa persiapaan sama sekali. Saya yakin, kalau ditambah persiapan intensif minimal satu bulan sebelumnya, saya bisa tembus 600.
Terkejut. Namun setelah merenung sebentar, membayangkan rutinitas hidup yang berubah semasa di kampus, saya mengerti dan tersenyum.
Selama Ini Sebenarnya Saya ‘Tidak Sengaja’ Belajar Bahasa Inggris. Ada tiga berkah, yang untuk mahasiswa zaman saya biasanya baru didapat saat kuliah: laptop, internet berkecepatan tinggi, dan waktu luang. Tiga hal inilah yang bertanggung jawab membuat generasi saya bisa lancar berbahasa Inggris tanpa perlu repot-repot belajar.
Sebelum kuliah, saya memang sudah seorang penggila grup-grup musik rock mancanegara. Alhasil, hobi pertama saya di kampus adalah nonton & download konser musik. Meski saya bukan tipe pemerhati lirik lagu. Tanpa saya sadari saat itu, internet kencang di kampus telah membuat jam terbang kuping saya jadi makin meningkat dalam mendengar kata-kata bahasa Inggris.
Atas dasar pengaruh teman dan jenuhnya perkuliahaan, tahun ke dua kuliah saya resmi jadi pecandu serial TV Amerika. Untuk pertama kalinya, saya merasakan nonton dengan teks berbahasa Inggris. Aneh sih awalnya. Seumur hidup kan nonton film berbahasa Inggris dengan teks bahasa Indonesia. Tapi lama-lama jadi terbiasa.
Waktu itu saya belum sadar, kalau sebenarnya saya sedang ditempa untuk cepat ‘memahami’ lewat konteks & bahasa tubuh, sebagaimana cara bayi belajar bahasa ibunya. Wawasan bahasa Inggris saya juga jadi jauh pesat berkembang. Hal itu karena yang digunakan di serial TV adalah memang percakapan sehari-hari di sana.
Di season 5 serial Dr. House, saya iseng coba nonton tanpa bantuan teks. Dan berhasil. Wah, bangganya bukan main waktu itu. Karena dengan begitu, kurang lebih bisa dibilang saya sudah bisa dilepas sendirian di Amerika sana.
Pernah juga saat berkunjung ke ruang dosen, saya kebetulan melihat novel Dan Brown yang belum saya baca. Spontan saya minta izin meminjam. Padahal setelah saya pegang novelnya baru sadar kalau itu versi asli bahasa Inggris-nya. Sekedar info saja, waktu itu belum ada satupun buku berbahasa Inggris yang sukses saya tamat baca. Dan yang ada di pikiran saya waktu itu hanyalah betapa serunya itu novel yang saya pegang. Setelah sukses menamatkan novel tersebut, saya baru cari-cari ebook bahasa Inggris yang seru-seru.
“Ah, terang saja jadi jago. Itu semua ‘kan latihan bahasa Inggris sebenarnya.” Iya, mungkin segala rangkaian pengalaman saya ini bisa disebut sebagai persiapan. Dianggap sebagai belajar.
Tapi saya sendiri tidak menganggapnya demikian. Kenapa? Karena saya tidak pernah punya niat untuk belajar, untuk menyiapkan sesuatu. Niat saya dari awal hanyalah untuk senang-senang. Senang-senang saja bisa 534. Apalagi kalau sedikit saya serius. Hahaha.
Dari kisah hidup saya di atas, berikut hal-hal yang saya petik…
Cara Terbaik untuk Belajar, Adalah Dengan Melakukannya. Mau bisa menulis? Ya menulis. Mau bisa bicara di depan umum? Ya bicara di depan umum. Mau bisa dekati cewek? Ya dekati cewek. Mau bisa mengerti bahasa Inggris? Ya dengar/baca bahasa Inggris. Mau bisa berbahasa Inggris? Ya bicara/tulis dengan bahasa Inggris. Kita tidak butuh diajari, kita butuh untuk melakukan.
Update September 2016
Serius ini. Kamu mau juga lancar berbahasa Inggris dengan mudah?
Saya bisa, dan mau sekali, bantu kamu.
Mungkin kamu bingung: “Apa itu Metode EEL? Kenapa tiba-tiba ada game Duolingo? Menulis di Youtube? Bukan kah artikel ini hanya tentang serial TV?”
Artikel ini saya tulis tahun 2013. Ternyata respon pembaca amat positif. Setelah banyak percobaan selama tiga tahun ini, metode lancar bahasa Inggris dengan serial TV, telah berevolusi menjadi Metode EEL.
Saya ingin semua orang Indonesia paham Metode EEL. Karena itu, saya tidak ingin menyebarkan buku ini dalam bentuk PDF gratis. Kalau gratis, kemungkinan besar buku ini hanya akan masuk folder Download anda; lupa anda baca. Juga karena ingin tersebar luas, buku ini hanya dijual dalam bentuk fisik. Itu agar mudah terlihat orang sekitar.
Cukup sembilan puluh ribu (di luar ongkir), untuk mendapatkan buku ini. Harap transfer ke rekening berikut. Konfirmasi pemesanan: annisa.sholiha@gmail.com / 0857-1123-0476.
Karena ini adalah pergerakan! Untuk bangsa Indonesia yang punya akses ke pengetahuan dunia!